Ngunut adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dengan luas wilayah 362,59 ha.
Menurut cerita turun temurun, Ngunut berasal dari kata “unut” istilah
atau nama kayu yang banyak ditemui pada saat nenek moyang mulai mendiami
suatu wilayah yang sekarang disebut Desa Ngunut. Sayangnya cerita
tersebut sulit ditelusuri dari aspek sejarah, termasuk tentang kayu unut
yang dimaksud juga tidak diketahui jenisnya.
Dari catatan yang
ada, sekitar tahun 1800 sudah dikenal nama Ngunut untuk menyebut suatu
wilayah tertentu (yang sekarang meliputi Desa Ngunut, Bareng, Gupolo,
dan Polorejo) yang dipimpin oleh seorang Palang Ngunut. Saat itu
penyebutan wilayah dimaksud belum menggunakan istilah desa tetapi
menggunakan istilah Palang (dalam bahasa Jawa : Penjaga). Makam “mbah
Palang” sampai saat ini masih ada, tepatnya di makam Kauman.
Secara formal nama Desa Ngunut mulai tercatat tahun 1898 dengan H. Yasin
sebagai Kepala Desa pertama. Sejak lama, gerak dinamis masyarakat Desa
Ngunut tumbuh dan berkembang dibanding desa-desa di sekitarnya. Faktor
pendidikan dan ekonomi masyarakat yang lebih baik dibanding desa
sekitarnya menjadikan Desa Ngunut menjadi semacam barometer untuk
wilayah sekitarnya.
Sekitar tahun 1800 sudah berdiri pondok
pesantren yang diasuh oleh Kyai Hasan Abdullah, tepatnya terletak di
lingkungan Maron. Sekarang pondok tersebut sudah tidak ada, dan tidak
ditemukan catatan apa nama pondok, kapan dimulainya sampai aktifitas
terakhir pondok tersebut.
Setelah itu awal tahun 1900an di
Ngunut telah ada Madrasah Diniyah atau waktu itu disebut sekolah Arab,
dengan murid tidak hanya berasal dari Desa Ngunut tapi juga berasal dari
desa-desa sekitar Ngunut bahkan sampai yang berjarak sekitar 5 km.
Meskipun tidak ditemukan catatan yang pasti, sekitar tahun 1940an di
Ngunut telah berdiri Sekolah Rakyat (SR) yang muridnya juga mencakup
dari banyak desa di sekitar Ngunut.
Dinamisnya kehidupan di
bidang pendidikan ini juga diikuti di bidang lain seperti kesehatan,
kemasyarakatan, pembangunan fisik, infrastruktur, dan di bidang yang
lain. Tahun 1951 sebagian penduduk Ngunut sudah bisa menikmati aliran
listrik dari tenaga diesel meskipun hanya beroperasi di malam hari. Di
tahun 1979 listrik PLN sudah mulai menerangi Ngunut.
Di saat
bidang kesehatan belum menjadi perhatian pemerintah, tahun 1979 di
Ngunut telah berdiri BKIA Muslimat yang melayani tidak hanya masyarakat
desa Ngunut, tapi juga mampu malayani masyarakat desa lain, termasuk
rawat inap.
Sektor industri batik juga pernah mengalami masa
kesuksesan di rentang tahun 1950-1965. Banyak pengusaha batik yang
sukses dengan mampu memasarkan hasil produknya sampai ke Solo dan Yogya.
Industri gula jawa juga pernah mengalami masa kejayaan di tahun 1950
an. Tahun 1954 didirikan industri gula jawa yang modern milik H. Syakur,
dengan penggilingan tebu secara mekanik (mesin), yang menurut cerita
para sesepuh itu adalah yang pertama di Ponorogo. Saat itu produksi gula
jawa dari desa Ngunut mampu menguasai lebih dari setengah kebutuhan di
wilayah Ponorogo, sekaligus sangat mempengaruhi harga di pasaran.
Di bidang pemerintahan desa juga mengalami perkembangan yang cukup
baik. Sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman, Pemerintah Desa Ngunut,
sejak tahun 1992 merintis penggunaan teknologi komputer untuk pelayanan
masyarakat dan pemenuhan kebutuhan administrasi pemerintah desa.
Selanjutnya mulai tahun 1999 Pemerintah Desa Ngunut mengembangkan
administrasi berbasis data base berupa software komputer, diantaranya:
software Administrasi Kependudukan, Administrasi Pertanahan, dan
Administrasi Keuangan yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan publik.
Metode dan software administrasi kependudukan
yang dikembangkan oleh Desa Ngunut, sejak tahun 2008 sudah digunakan di
hampir semua Desa/Kelurahan di Kabupaten Ponorogo. Beberapa desa di
luar Kabupaten Ponorogo juga sudah ada yang menggunakan metode dan
software ini.
Pemerintah Pusat, dalam hal ini Staf Kantor Wakil
Presiden RI, memberikan apresiasi dengan mengunjungi Kantor Desa
Ngunut, sekaligus melihat secara langsung manfaat software kependudukan
ini. Hasil kunjungan menyimpulkan bahwa software kependudukan yang
dikembangkan oleh Pemerintah Desa Ngunut sangat bermanfaat untuk
peningkatan pelayanan publik serta layak untuk dikembangkan di
Desa/Kelurahan lain di seluruh Indonesia.
Oleh Pemerintah
Kabupaten Ponorogo metode Administrasi berbasis komputer yang
dikembangkan Pemerintah Desa Ngunut ini diberi nama SIMADES (Sistem
Informasi dan Manajemen Administrasi Desa).
Metode administrasi
berbasis komputer (SIMADES) yang dikembangkan Pemerintah Desa Ngunut
telah ikut menyumbangkan prestasi bagi Pemkab Ponorogo sehingga berhasil
mendapatkan Otonomi Award untuk kategori Pelayanan Administrasi Dasar
dari Jawa Pos Insitute Pro Otonomi (JPIP) tahun 2009.
Di bidang
Infrastruktur juga cukup baik. Wilayah pemukiman relatif cukup tertata
dan memenuhi syarat layak daerah hunian. Jalan dan saluran irigasi dalam
kondisi cukup baik, meskipun faktor alam sering mengakibatkan beberapa
bangunan mengalami kerusakan yang cukup parah.
Selain sisi
positif, Desa Ngunut tentunya memiliki beberapa sisi negatif yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Kesenjangan di bidang ekonomi dan
pendidikan menjadi faktor utama yang menghambat dinamisasi kehidupan
masyarakat.
Letak geografis desa Ngunut di bagian hilir aliran
beberapa sungai, sering mengakibatkan musibah banjir baik dalam skala
kecil maupun besar. Ini mengakibatkan infrastruktur dasar seringkali
rusak, serta membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk
pemulihannya.
Di musim kemarau menjadi daerah yang paling dulu
kekurangan air untuk kebutuhan pertanian, sehingga petani harus
menggunakan diesel agar tetap bisa bercocok tanam.
Paparan di
atas semoga dapat memberi gambaran awal untuk mengenal desa Ngunut.
Kepeloporan desa Ngunut di berbagai bidang yang sudah terkenal sejak
dulu, saat ini bisa dikatakan mulai surut.
Ini tentunya harus
disikapi secara positif, bahwa masa keemasan yang pernah dialami
diharapkan menjadi penyemangat untuk dapat diraih kembali. Adapun pada
masa surut saat ini tentunya bisa dijadikan pelajaran yang berharga
untuk lebih instropeksi dan berbenah diri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
yayasan ikatrina yng sekarang jdi ke bggaan desa ngunut .akan menghidupkan kembali kejayaan ngunut..
BalasHapushidup kan kembali batik .karna beliau yng menjadi pusat batik di msa dlu msh hidup. seraplah ilmunya .beliau adalah almr mbh slamet sama mbh lastri .jln alhasan selatan masjid alhasan .dpn pondok ikatrina..
BalasHapusdn beliau mbh lastri msh ada .
memandang nilai perjuangan batik mbh lastri dan almr mbh slamet
BalasHapus